Di tengah perekonomian yang melambat serta ancaman resesi, masyarakat Amerika Serikat (AS) kini mulai mengatur ulang pengeluarannya sehari-hari.
Laman money.cnn.com, Kamis, 19 Mei 2011 menilai, setidaknya ada 10 pos pengeluaran yang selama ini bisa menggerogoti keuangan masyarakat AS. Pengeluaran tersebut umumnya tidak terlalu penting namun seringkali tidak disadari masyarakat.
Walau informasi ini berkaca dari pengeluaran masyarakat AS, namun dengan perekonomian dunia yang semakin seragam, kondisi di negara maju ini bisa dijadikan acuan bagi masyarakat di tanah air untuk lebih bijak dalam membelanjakan uangnya.
Inilah 10 pengeluaran yang sebenarnya memboroskan uang belanja namun seringkali tidak disadari masyarakat:
1. Biaya ATM
Penggunaan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) terdekat dibandingkan dengan bertransaksi di bank atau menggunakan ATM milik bank tempat menyimpan dana, diperkirakan menelan biaya pengeluaran sekitar US$5 (Rp45 ribu). Bank biasanya mengenakan biaya untuk jaringan dan mesin ATM juga mengenakan biaya sendiri.
ATM milik bank tempat nasabah menyimpan dana biasanya tidak akan mengenakan biaya sepeser pun.
“Anda bisa mengisi tanki kendaraan dengan menggunakan tabungan,” kata Gary Thurber, assistant director of community relations at Consumer Credit Counseling Service of New York. Thurber telah menangani nasabah yang menggunakan 5-10 transaksi di ATM yang bukan fasilitas dari bank tempat nasabahnya menabung. Kalau dihitung, pengeluaran untuk transaksi nasabah ini bisa mencapai US$40 (Rp360 ribu) atau hampir US$500 (Rp4,5 juta) per tahun.
2. Tiket lotere
2. Tiket lotere
Para pembeli tiket lotere sebenarnya menyadari bahwa mereka lebih banyak disambar halilintar dibandingkan memenangkan hadiah lotere. Namun hal itu tidak menghentikan mereka membeli tiket lotere tersebut.
North American Association of State and Provincial Lotteries mencatat sepanjang tahun 2010, lebih dari US$70 miliar (Rp630 triliun) uang masyarakat digunakan untuk membeli tiket. Dari uang tersebut, hanya US$38 miliar (Rp342 triliun) yang berhasil memperoleh hadiah.
Thurber mengatakan, banyak nasabahnya yang menghabiskan sekitar US$10-20 (Rp90.000-180.000) per minggu untuk membeli tiket lotere atau sekutar US$520-1.240 (Rp4,68 juta – Rp11,16 juta) per tahun. Hingga kini, belum ada satupun nasabahnya yang berhasil memenangkan jackpot dari lotere tersebut.
3. “Ngopi“
Menghabiskan sedikit dari uang untuk membeli kopi di sebuah kedai kelihatannya memang murah. Namun jika dibayangkan, uang yang dibayarkan untuk membeli kopi sebenarnya bisa disimpan seluruhnya dan diganti dengan menikmati kopi di rumah.
Data mint.com menunjukan, warga AS tercatat menghabiskan rata-rata US$8,43 (Rp75.870) setiap kali mereka membeli kopi di toko. Dengan total minuman berkafein yang diminum rata-rata sebanyak 46 kali pada tahun lalu, pengeluaran untuk kegiatan “ngopi’ ini bisa mencapai US$385,97 (Rp3,23 juta) per tahun.
Untuk peminum harian, pengeluaran untuk kegiatan ini bisa mencapai ribuan dollar. Thurber kembali mengatakan bahwa nasabahnya menghabiskan tidak kurang dari US$4 (Rp36 ribu) untuk secangkir kopi setiap hari kerja, atau sebulan mencapai US$80 (Rp720 ribu). Jika dihitung selama setahun, pengeluaran mereka bisa mencapai US$1000 (Rp9 juta).
“Hal ini semakin menunjukan pada nasabah ini bahwa mereka akan kesulitan membayar tagihan kartu kredit dan membantu mereka menyadari bahwa inilah saatnya untuk membuat perubahan,” katanya.
4. Rokok
U.S. Centers for Disease Control and Prevention mencatat warga AS menghabiskan tidak kurang dari US$80 miliar (Rp720 miliar) per tahun untuk membeli rokok.
Thurber mengatakan banyak nasabahnya menghabiskan US$70 (Rp630 ribu) per minggu atau US$280 (Rp2,52 juta) per bulan untuk sebungkus rokok. Salah seorang nasabahnya akhirnya memutuskan untuk berhenti merokok begitu mengetahui bahwa dia sebetulnya bisa menyimpan uang sebesar US$320 (Rp2,88 juta) per bulan.
5. Belanja lewat teleshoping
Beberapa promosi yang dilakukan lewat tayangan informersial (teleshoping) seringkali memikat konsumen dan menganggap bahwa transaksi mereka menguntungkan.
Electronic Retailing Association mencatat industri infomersial telah mendatangkan keuntungan hingga US$400 miliar (Rp3.600 triliun) per tahun. Namun bukan rahasia lagi, banyak barang-barang yang dibeli akhirnya hanya menjadi barang usang karena tidak pernah digunakan.
Lagi-lagi Thurber mengungkapkan salah seorang kliennya menghabiskan US$200 (Rp1,8 juta) per bulan untuk membeli produk dari tayangan infomersial.
6. Beli barang bermerek
Produk makanan dengan merek yang sudah terkenal mungkin selalu terlihat menarik dengan tampilannya yang lebih cantik. Namun, itu bukan berarti mereka lebih baik dibandingkan produk generik lainnya. Ketika harga 9 ounce kotak beras krispies bernilai US$4,79 (Rp43.110) di toko grosir New York, di toko lain dengan berat 12 ounce hanya bernilai US$1,99 (Rp17.910) dengan kandungan yang sama.
Produk makanan dengan merek yang sudah terkenal mungkin selalu terlihat menarik dengan tampilannya yang lebih cantik. Namun, itu bukan berarti mereka lebih baik dibandingkan produk generik lainnya. Ketika harga 9 ounce kotak beras krispies bernilai US$4,79 (Rp43.110) di toko grosir New York, di toko lain dengan berat 12 ounce hanya bernilai US$1,99 (Rp17.910) dengan kandungan yang sama.
Dengan perbedaan harga US$2-3 (Rp18.000-27.000) sebetulnya bisa memberikan nilai tambah.
“Seringkali seseorang tidak membeli barang tersebut secara sadar. Masyarakat melakukan itu (pembelian) karena produk tersebut sudah terkenal dan tidak lagi berpikir ulang,” kata salah satu pendiri perusahaan Wealth Management Lassus Wherley, Diahann Lassus.
Lassus mengatakan, harga produk generik seringkali lebih rendah 5-10 persen dibandingkan produk bermerek. Bahkan, kalaupun hanya ada satu produk generik yang tersedia, Lassus memperkirakan masyarakat bisa menabung sekitar US$50-75 (Rp450-675 ribu) per bulan jika uang belanja yang disediakan sebesar US$500-600 (Rp4,5-5,4 juta).
7. Makan-makan di luar
Makan makanan di luar merupakan salah satu kebiasaan paling mahal yang biasa dilakukan.
Makan makanan di luar merupakan salah satu kebiasaan paling mahal yang biasa dilakukan.
Konsumen biasanya menghabiskan rata-rata US$28,47 (Rp256.230) untuk setiap makanan di sebuah restoran pada 2010 dengan rata-rata restoran yang dikunjungi sebanyak 82 restoran. Data tersebut diperoleh dari Mint.com.
Bar dan alkohol juga menjadi salah satu pengeruk uang masyarakat. Mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli alkohol ketika menggelar makan malam tahun lalu. Rata-rata masyarakat AS menghabiskan US$42,27 (Rp381.330) setiap kali mengunjungi Bar.
“Ini mengagumkan bagi saya. Ketika seseorang meminta sumbangan US$20, Anda berpikir nilai itu sangat besar untuk diberikan. Namun, Anda tidak berpikir lagi ketika harus mengeluarkan US$100 untuk sebuah makan malam,” kata Tom Orecchio dari Modera Wealth Management
8. Kartu keanggotaan klub kebugaran yang tak terpakai
Pengeluaran bulanan secara otomatis merupakan salah satu cara paling mudah untuk menghabiskan uang Anda. Namun, keputusan untuk membatalkan keanggotaan klub kebugaran bukanlah perkara mudah, apalagi jika anda selalu memiliki rutinitas membuat resolusi tahun baru.
Pengeluaran bulanan secara otomatis merupakan salah satu cara paling mudah untuk menghabiskan uang Anda. Namun, keputusan untuk membatalkan keanggotaan klub kebugaran bukanlah perkara mudah, apalagi jika anda selalu memiliki rutinitas membuat resolusi tahun baru.
Padahal, keanggotaan klub kebugaran yang tidak terpakai telah membuang ratusan dolar setahun, atau bahkan dalam jangka waktu sebulan untuk saran kebugaran yang lebih baik.
Lassue mengungkapkan, salah satu kliennya menghabiskan tidak kurang dari US$75 (Rp675 ribu) per bulan untuk membayar keanggotaan klub kebugaran yang tidak pernah dipakainya. Padahal, pada akhirnya dia menyadari ada langkah lebih murah untuk berolahraga yaitu membeli alat olahraga di rumah.
9. Transaksi harian via Internet
Transaksi harian melalui internet pada prinsipnya membeli barang pada saat ini, namun pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun, pada kenyataannya, banyak voucher transaksi yang dilakukan tidak pernah dibayar.
Transaksi harian melalui internet pada prinsipnya membeli barang pada saat ini, namun pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun, pada kenyataannya, banyak voucher transaksi yang dilakukan tidak pernah dibayar.
Lifesta, sebuah situs yang khusus membeli voucher yang tidak terpakai, memperkirakan sekitar 20 persen dari transaksi harian lewat internet tidak pernah terpakai. Kondisi ini meningkatkan pemborosan uang hingga US$532 juta (Rp4,78 triliun) yang tercatat dari perkiraan transaksi lewat jaringan, di mana transaksi harian diperkirakan bakal tumbuh 138 persen menjadi US$2,66 miliar (Rp23,94 triliun) pada 2011.
10. Paket televisi kabel dan layanan telepon
Program paket tidak selalu berarti sebuah transaksi jika Anda tidak menggunakan layanan ekstra yang seharusnya dibayar.
Program paket tidak selalu berarti sebuah transaksi jika Anda tidak menggunakan layanan ekstra yang seharusnya dibayar.
Konsumen biasanya seringkali terpikat dengan tawaran paket televisi kabel, internet atau telepon karena mengurangi tagihan pada tahun pertama atau batas waktu tertentu. Namun, membayar 500 channel yang tidak Anda tonton, atau pesan singkat tak terbatas yang tidak terpakai, merupakan salah satu cara untuk menghamburkan yang.
“Masyarakat seringkali memiliki rencana yang dianggap bisa dipenuhi, kemudian mereka tidak membandingkan antara kegunaan dan tagihan yang harus dibayar,” ujar Orecchio.