Batas antara Menyayangi dan Memanjakan

Menjadi orangtua bukanlah tugas yang mudah. Apalagi tidak pernah ada buku panduan mengenai proses pengasuhan anak yang bisa berlaku sama untuk setiap anak, sebab setiap anak istimewa dalam caranya masing-masing. Hal itu juga yang seringkali membuat orangtua berlebihan mengekspresikan kasih sayang sehingga terkesan memanjakan. Padahal sikap berlebihan semacam itu justru bisa memicu sikap anak yang tidak mandiri dan kurang menghargai orangtua.

Menyayangi dan memanjakan memang memiliki perbedaan yang sangat tipis. Orang tua kerap merasa ingin membantu saat anak terlihat repot sendiri mengerjakan hal yang harus mereka kerjakan tapi tidak tahu caranya. Akhirnya, orangtua yang mengerjakan pekerjaan tersebut. Misalnya, saat anak terlihat tidak mampu mengikat tali sepatunya sendiri, maka orangtua pun turun tangan dan mengikatkan tali sepatunya. Sekilas, hal itu tampak seperti mendukung anak tapi pada akhirnya malah memanjakan mereka.

Untuk menghindari anak manja akhirnya banyak orangtua yang berusaha mencegah anaknya manja sejak bayi. Ada yang sengaja merespon saat bayinya menangis atau membiarkannya menghentikan sendiri tangisanannya.

Agaknya bagi sebagian orangtua belum jelas betul apa yang dimaksud memanjakan. Memanjakan, dalam arti membiarkan anak jadi penuntut egois yang tak mau menenggang orang, bukanlah mencintai. Bahkan, keduanya tidak dapat disamakan.

“Orangtua tidak dapat memanjakan dengan cinta. Cinta adalah energi penerimaan atas siapa diri anak sesungguhnya. Cinta adalah pengertian, belas kasih dan perhatian,” ujar Margaret Paul, PhD. yang menulis buku Do I Have To Give Up Me to be Loved by My Kids? dan Inner Bonding. Dia menambahkan, anak-anak membutuhkan cinta sama dengan kebutuhannya terhadap makanan dan air. Orangtua dapat mencintai anak ketika tengah bersama-sama, menghabiskan waktu dengan anak, hadir sepenuhnya bersama anak dan mendengarkan anak dengan sungguh-sungguh.

“Pemberian terbesar yang dapat diberikan orangtua pada anak ialah menghargai anak atas apa yang ada didalam diri mereka. Inilah cinta dan tidak ada materi apapun yang dapat menggantikannya,” papar Margaret. Sebaliknya, manja sama sekali tidak dibutuhkan anak. Margaret memakai istilah memanjakan untuk menggambarkan tindakan orangtua yang memberikan segala sesuatu yagn diinginkan anak dalam tingkatan materi.

Ada tiga tindakan yang masuk dalam gambaran tersebut. Pertama, memberi anak terlalu banyak mainan, kegiatan, makanan dan sebagainya, sehingga membuat anak ketagihan. Kedua, memenuhi semua tuntutan anak dengan mengabaikan kebutuhan orangtua sehingga anak tidak belajar menghargai kebutuhan orang lain. Ketiga, menimbun anak dengan kepemilikan materi sehingga harga diri anak bergantung pda pengakuan orang atas kepemilikannya.

Sesuai Kebutuhan

Bersikap penuh perhatian, belas kasih dan pengertian terhadap anak bukanlah memanjakan, termasuk ketika ia masih bayi. Hal ini ditegaskan pula oleh Ellen Abell, Spesialis penyuluhan dan pengembangan anak dan keluarga yang juga assistant professor family and child development, University of Auburn, Amerika Serikat.

“Orangtua tidak akan memanjakan bayi dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya kata Abell.

Kebutuhan bayi berhubungan dengan menghilangkan lapar, perlu kenyamanan. Bayi juga perlu sesuatu yagn bisa memberinya rasa aman, ketentraman dan perhatian. Bayi yang belum dapat mencari makan atau memenuhi kebutuhan tersebut, maka ia mencari bantuan melalui tangisan. “Orangtua yang merespon kebutuhan bayi terhadap kenyamanan dan perhatian bukanlah memanjakan. Mereka justru tengah membangun pondasi yang kuat bagi anaknya agar kelas jadi insan yang cakap dan penuh perhatian,” jelasnya.

Menurut Abell, bayi yang keperluannya direspon dengan penuh kepekaan oleh orangtuanya selama 3-6 bulan pertama biasanya lebih bisa menenangkan diri sendiri dalam beberapa situasi tertentu. Sehingga ia mungkin tidak akan memerlukan perhatian yang sama persis dengan perhatian yang didapat saat usianya lebih muda.

“Bayi usia 7 bulan yang rewel, misalnya mungkin tidak perlu digendong-gendong kesana kemari kalau menangis. Bisa jadi ia malah bisa menenangkan diri sendiri kalau diberi mainan atau diberi kesempatan merangkak-rangkak di lantai," tuturnya.

Perlakuan kita terhadap bayi juga perlu berubah mengikuti pertambahan kemampuan bayi melakukan sesuatu sendiri. Cobalah menghindarkan kebiasaaan melakukan hal-hal yang sebenarnya bayi dapat lakukan sendiri. Perkembangan yang sempurna dari seorang anak harus meliputi perkembangan pemikiran, hati dan fisik. Orangtua lebih baik mengenali anak lebih baik, dibandingkan berpikir untuk memperbaikinya untuk menjadi lebih baik.

Sikap orangtua sebaiknya lebih banyak memercayai anak menyelesaikan masalahnya sehinngga mereka lebih percaya diri untuk menghadapi berbagai permasalahannya kelak. Orangtua tidak dapat mengubah diri anak yang sebenarnya. Yang dapat dilakukan orangtua ialah memastikan bahwa anak-anak diberi kesempatan yang maksimal untuk melakukan yang terbaik.