Macam-Macam Depresi dan cara mengatasinya

Seringkali Anda tidak menyadari gejala awal depresif. Kesadaran baru muncul ketika gejala itu menjadi ras sedih yang berkepanjangan, merasa tidak berharga, atau bahkan perasaan hampa. Padahal, gejala depresi ini bisa dikenali lebih dini. Jika sejak awal terdeteksi, gangguan kejiwaan ini bisa dicegah. Caranya? Tentu dengan menyadari munculnya pikiran-pikiran depresif yang selalu mengisi kepala Anda dengan segala ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan, yang gejalanya berupa tidak bergairah, kehilangan minat dan kesenangan, gangguan tidur, tidak bisa beristirahat, ceroboh, dan khawatir yang berlebihan. Selain tanda-tanda non-fisik tersebut, depresi juga bisa ditunjukkan melalui berbagai keluahan fisik seperti berat badan naik-turun, gatal-gatal, diare kambuhan  sampai sakit punggung tanpa sebab. Pepatah mengatakan, “Jika kesedihan tidak diungkapkan dengan air mata,maka organ tubuh yang lain akan menangis,” ini yang disebut sebagai psikosomatik (gangguan jiwa yang tampil secara fisik). Nah, berikut ini tipsanda akan menguraikan macam-macam depresi serta bagaimana tips untuk mengatasinya dengan mudah: 1. Overgeneralizing. Gejala: Anda baru saja mengalami kejadian buruk. Kejadian ini membuat Anda beranggapan aka nada kejadian buruk lainnya yang akan menimpa Anda. Misalnya, karena gagal mengerjakan tugas Anda langsung berpikiran tugas lainnya pasti juga akan gagal Anda kerjakan. Alhasil, Anda menyerah dulu sebelum berperang. Solusi: Perlu disadari bahwa sepoting informasi tidak cukup untuk memperkirakan apa yang bakal terjadi kemudian. Akan lebih realistis jika Anda mencari sumber informasi lebih lanjut sebelum menilai sesuatu sebagai kejadian buruk. Apalagi menilai satu kejadian buruk akan mempengaruhi dan menimbulkan kejadian buruk lain pasti membuat pandangan Anda terhadap masa depan menjadi suram. Akhirnya, yang ada di depan hanyalah kegagalan. Hal ini tentu akan menimbulkan depresi. Jadi, jika saat ini Anda gagal mengerjakan suatu tugas, jangan anggap hal itu sebagai kejadian buruk kemudian menjadi trauma. Cari tahu apa kesalahan Anda saat ini dan bekerja lebih keras untuk tugas berikutnya. Lagi pula apa yang Anda anggap sebagai sebuah kegagalan, belum tentu dipandang sebagai kegagalan oleh orang lain. Yang perlu Anda tanamkan dalam pikiran adalah tidak ada istilah gagal. Yang ada hanya belum berhasil!
2. Exaggerating. Gejala: Anda menghadapai sebuah tantangan baru atau sesuatu yang belumpernah Anda ketahui. Belum apa-apa Anda sudah memikirkan risiko yang akan dihadapi bila terus maju. Anda akan menghadiri sebuah pesta. Namun, Anda sudah berpikir bahwa orang-orang di pesta akan mengacuhkan Anda atau Anda akan mengalami pesta yang tidak menyenangkan. Atau Anda akan menghadapi sebuah tes. Namun, Anda begitu yakin akan gagal sehingga belajar pun dirasa percuma. Orang yang punya pikiran berlibihan seperti ini memang cenderung malas dan menarik diri. Anda akan mersa takut untuk berinteraksi atau melakukan aktivitas bersama orang lain. Yang ada dalam pikiran Anda hanya ketakuatan tidak dibutuhkan atau hanya akan mempermalukan diri sendiri. Solusi: Rasa takut menghadapi sesuatu yang baru, sebenarnya normal. Namun, jika Anda melebih-lebihkan risiko yang akan dihadapi dan yakin bahwa kemungkinan terburuk yang akan terjadi, ini berarti Anda membiarkan pikiran depresif memegang kendali. Jangan biarkan sugesti buruk mepengaruhi Anda. Mengapa? Terkadang jika Anda berpikir sesuatu buruk akan terjadi, maka hal buruk itu lah yang akan terjadi. Karena pikiran seperti inilah, Anda merasa percuma dan tidak berdaya, sehingga tak mau berusaha lebih keras. Pikiran buruk ini juga akan membuat Anda berhenti untuk mencoba hal-hal baru yang sebenarnya menyenangkan. Tantangan pun seolah menjadi mimpi buruk. Nah, kalau Anda masih memiliki pemikiran depreseif seperti ini, segera hilangkan dari benak Anda, karena masa depan adalah harapan baru. Anda hanya perlu untuk mencoba untuk meraihnya.
3. All or Nothing. Gejala: Anda mulai memikirkan bahwa hanya ada satu hal yang benar dan yang lainnya adalah salah. Jika tidak mendapat penilaian bagus, berarti Anda gagal menjalankan tugas. Jika teman menyapa sekedarnya, berarti mereka bosan atau meremehkan pada Anda. Jika tidak hitam berarti putih. Bentuk pikiran depresif ini biasanya muncul karena sifat perfeksionis, idealis tinggi atau saat muncul keinginan untuk menjadi yang terbaik. Alhasil, jika Anda tidak berhasil melakukakan seseuatu dengan benar, berarti Anda telah gagal. Padahal, tidak mungkin Anda menjadi yang terbaik sepanjang waktu, bukan? Solusi: Jika Anda memiliki pikiran ini, cobalah ubah cara pandang Anda menjadi lebih realistis. Misalnya, hanya sedikit sekali keadaan yang bisa dipandang sebagai hitam atau putih. Kebanyakan justru berada di antara hitam dan putih. Nah, akan lebih realistis jika Anda memandang semua hal yang terasa memberatkan itu sebagai abu-abu. JIka tugas yang Anda kerjakan tidak mendapatkan penilaian yang baik, berarti Anda telah gagal total. Anda hanya perlu bekerja lebih keras. Jika Anda menemui kesulitan dalam menjalankan tugas, bisa jadi Anda memang butuh bantuan dari rekan kerja. Jika ada teman yang menyapa hanya dengan satu kata, mungkin dia sedang sibuk dan butuh bantuan Anda. Dan, jiak Anda seorang perfeksionis, coba tetapkan taeget dengan sewajarnya. Tidak ada orang yang bisa menjadi ‘ter’-setiap waktu. Ada kalanya seseorang akan mengalami satu kejatuhan. Anda juga harus siap dengan konskuensi bahwa jika Anda menetapkan target terlalu tinggi, artinya Anda siap mengalami depresi.
4. Mind Reading. Gejala: Anda selalu membayangkan teman mengkritik atau menolak Anda menjadi temannya. Misalnya, Adan berkenalan dengan seseorang lawan jenis. Namun, ia tidak banyak bicara. Anda pun langsung beranggapan bahwa ia tidak menyukai Anda atau tidak mau berbincang dengan Anda. Atau atasan selalu memanggil Anda ke ruangannya dan memberitahukan kesalahan Anda. Anda langsung merasa bahwa atasan tidak menyukai Anda dan berusahan mencari-cari kesalahan. Padahal, belum tentu apa yang Anda pikirkan itu benar. Namun, karena yang ada dalam pikiran Anda hanyalah prasangkan buruk, Anda pun seolah bisa memvaca pikiran orang lain. Meski orang itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Solusi: Positive Thinking! Anda tidak akan pernah tahu sampai Anda benar-benar mencoba mengenali seseorang. Akan lebih baik jika Anda menghabiskan waktu beberapa sat untuk mengenali teman baru atau lawan bicara dan bukannya berprasangka. Bisa jadi, orang itu memang tidak punya pikiran negative tentang Anda. Kalaupun punya, mungkin tidak seburuk yang Anda kira.
5. Labelling. Gejala: Saat merasa gagal, Anda berusaha melampiaskan kegagalan itu pada diri Anda sendiri. Tak hanya bersikap keras atau kasar, Anda bahkan menghina dan mengejek diri Anda sendiri. Anda tak lagi hanya memandang diri sendiri sebagai seorang loser alias pecundang, tapi juga sudah menyebut diri Anda dengan sebutan itu. Solusi: Menempelkan label jelek pada diri sendiri, bukanlah sesuatu yang bagus. Ini sama artinya Anda tidak bersikap adil pada diri sendiri. Pada akhirnya, semua sikap ini menegaskan ketidakberdayaan Anda. Yang harus dilakukan untuk melawan pikiran ini adalah sotp menhina diri sendiri. Berikan sedikit penghargaan atau pujian pada diri Anda ketika berhasil mengertjakan sesuatu . Mencoba sesuatu memang butuh keberanian. Jika belum berhasil, jangan hukum Anda. Sebaliknya, beri semangat pada diri sendiri untuk bankit dan terus mencoba lagi. Satu hal yang penting diingat, jangan pernah member label buruk pada diri Anda sendiri. Anda tidak gagal kok, hanya belum mengarahkan seluruh kemampuan saja.
6. Filtering. Gejala: Anda hanya memperhatikan hal-hal buruk saat sesuatu menimpa Anda. Misalnya, saat mendapat kritikan buruk atau kritika pedas dari orang lain, yang Anda perhatikan hanya bagian buruk saja. Sebalinya, saat ada kejadian positif, Anda malah tidak mungkin menyadari atau mempedulikannya. Lucunya lagi saat ada orang memuji, Anda justru merasa tidak nyaman. Anda justru menganggap pujian itu tidak penting. Anda yakin orang yang member pujian hanya ingin membuat Anda merasa lebih baik atau sekedar basa-basi belaka. Solusi: Coba lakukan sesuatu dengan baik. Hal ini akan membuat hidup Anda menjadi lebih baik. Akan lebih realistis lagi jika Anda mulai memperhatikan semua kejadian. Jangan hanya yang buruk-buruk saja, tapi juga kejadian yang baik. Jika perlu, memperhatikan kejadian baik ini lebih Anda tekanankan karena inilah menunjukkan hal yang telah Anda lakukan.